Hosting Unlimited Indonesia

Perbaikan : DiY Chainguide V2.0

Misi pribadi gowes ke Cigamea itu untuk test beberapa perangkat bantu yang terpasang di Sepeda yang merupakan buatan sendiri. Menerapkan ilmu ATM [amati tiru modifikasi] dari part keluaran pabrikan. Salah satu yang keren dari alat DiY itu adalah chainguide. Chainguide berfungsi untuk menstabilkan putaran rantai saat di medan offroad, sehingga guncangan rantai ga menimbulkan berisik dan merusak chainstay.

Sebenarnya chainguide yang dibuat berfungsi dengan baik, hanya saja bahan karet yang bergesek dengan rantai tidak tahan lama. Setelah melewati 180 km karetnya habis tergerus rantai.
karet chainguide diy sobek kena gesekan rantai

Masalahnya ada dibahan karet yang tidak tahan terhadap gesekan rantai, bagian ini saja yang diganti dengan bahan plastik yang lebih licin dan lebih tahan gesekan. Bahan pengganti itu dipilih dari bekas botol obat yang terbuat dari plastik dipotong bagian mulut botolnya. Seperti gambar di bawah ini :

Dan, dari hasil test gowes 118 km menempuh rute Bekasi - Bendung Walahar di Karawang PP kondisi plastik penahan rantai yang terbuat dari bahan bekas botol plastik obat ini tetap utuh dan berfungsi normal. Ok, welldone .. fix Chainguide V2.0

‪#‎gowes4health‬

1000 kilometer Pertama

Kalau diibaratin mobil baru, 1000 kilometer pertama peru servis besar. Kalau di dunia sepeda MTB perlu apa ya untuk gowes yang telah melewati 1000 kilometer pertama ? tepatnya hari ini sepulang dari Walahar mencatat total 1019 km. hmmm .. bingung juga ya.

Oke kita review aja, masih segar diingatan pertama kali memulai gowes dengan Pacific XMT 3.0 [murah meriah] itu sekitar ga sampai 3 bulan kemarin. Lucu ya, gowes pertama itu cuma menempuh jarak 11 km aja jantung udah berdegup kencang, dengkul udah mulai nyeri. Kecepatan rata-rata hanya sekitar 8 km/jam. Hahahha.. loyo banget !
xmt 3.0  vs police - orlando
Gowes pake XMT 3.0 itu menurut catatan di cyclo cateye velo7 yang terpasang, sampai jarak 540 km. Sebelum akhirnya cyclonya berpindah ke Police 911 - Orlando.

Dalam perkembangannya, dalam 1000 kilometer pertama jarak gowes dan kecepatan rata-rata semakin membaik. Kecepatan meningkat ke 11 km/jam, terus naik ke 13 km/jam, naik lagi 15 km/jam dan sekarang sudah sanggup di kisaran 19 km/jam. 

Jarak tempuh semakin melejit dengan cepat rekornya adalah kemarin saat gowes ke Cigamea yang dalam satu touring sanggup 180 km .. dan hari ini gowes Bekasi - Walahar PP total menurut cyclo 118 km, sebuah pencapian dalam 3 bulan yang tidak memalukan.

Data-data itu Saya rasa mewakili peningkatan kualitas stamina, power, mental, dan dengkul .. hehehhehe!!! Ayo-ayo semanat, pecahkan sampai 10.000 km biar nanti kita ulas gimana dan kapan akan tercapai.

Gak Sengaja Gowes ke Walahar

Sebenarnya udah bangun jam 5 pagi tapi merem lagi, akhirnya jam 8 baru mulai gowes. Karena udah kesiangan niat awal gowes buat cek jalur kalimalang yang akan dilewati hari minggunya menghadiri acara halal bi halal Goweser Karawang. Target paling sampai Jababeka balik lagi.

Ternyata kok deket banget ya, sampai kali Cibeet di kampung Bobojong baru sekitar jam 10, lanjut ...
Gowespun dilanjutkan terus menyusuri kalimalang. Hanya saja angin yang kencang sanggup menghambat laju sepeda hingga 2 km/jam dan teriknya matahari cepat banget membuat kering tenggorokan. Praktis sepanjang Kalimalang tidak ada pohonan yang meneduhi dari teriknya matahari.
Kalimalang melintas di atas Sungai cibeet
FYI, Kalimalang adalah sungai yang dibuat untuk mengalirkan air dari Jatiluhur ke Jakarta. Sebagai bahan baku air minum orang Jakarta. Jika Kalimalang bertemu dengan sungai lain akan melintas di atas atau di bawah sungai alam. Seperti di Cibeet itu Kalimalang dibuat melintas di atas Sungai Cibeet. Keren ya.. seperti Flyover ...!
Plang B.TB misal yang di foto itu, B.TB-24 itu artinya menandakan patok jarak dari titik nol kalimalang yang di ukur mulai dari Curug/Bendungan Klari.
Cibeet terletak 28 km dari rumah, itu ditunjukan oleh cyclo yang terpasang di sepeda. Perjalanan dilanjutkan, melawan kuatnya angin dan teriknya matahari. Pakai acara nyasar lagi, tujuannya mau ke Bendung Walahar, eh malah sampai ke Bendung Klari, hadeh. gapapa dah, akhirnya balik lagi karena udah kepalang tanggung sedikit lagi sampe di Walahar.
bendung Klari merupakan titik 0 kilometer Kalimalang
Bendung Klari ini adalah hulunya Kalimalang, dari rumah jaraknya sekitar 65 km. Balik lagi ke arah Bendung Walahar mengambil rute B.TB 1 di pertigaan yang disitu ada penjual Keramik belok kiri sekitar 8 km dari pertigaan itu. Akan melewati situ Cipole yang biasa digunakan untuk kejuaraan olahraga dayung untuk PON atau PORDA.

Akhirnya sampai juga di Bendung Walahar, perjalanan dari rumah makan waktu sekitar 4 jam dihitung termasuk muter dulu ke Bendung Klari. Walahar adalah waduk untuk membendung sungai Citarum yang digunakan untuk mengairi persawahan di Karawang. Karena masih musim llibur lebaran masih lumayan ramai oleh turis lokal. Beristirahat sebentar sambil minum es kelapa sebelum persiapan pulang.



Jalur pulang mengambil rute jalan utama Karawang-Bekasi, ternyata lebih dekat. Lumayan selisih sekitar 15 km. Gowes pulang dimulai jam 1 siang menempuh jarak sekitar 50 km sampai di rumah jam 3.20 sore, itu sudah termasuk makan siang di jalan. Ngebut.. mencoba menaikan ritme speed di kisaran 30 km/jam. Sayang sering tertahan macet karena arus balik yang didominasi motor.






Rute ke Air Terjun Cigamea

Air terjun [baca - curug] Cigamea terletak di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (KTNGHS), tepatnya di Desa Gunung Sari - Kecamatan Pamijahan - Bogor,  Koordinat GPS: 6° 41' 40.30" S  106° 41' 8.48" E . Seperti umumnya obyek wisata curug di wilayah Bogor yang terurus dengan baik, Cigamea juga memberikan kemudahan akses transportasi, pengelolaan kawasan curug yang sudah lumayan baik, dan fasilitas penunjang yang cukup meskipun tidak bisa dibilang baik.

Terletak di pinggir jalan Raya Salak Endah, mobilpun bisa masuk sampai parkiran Curug Cigamea, dari parkiran pengunjung sudah dimanjakan dengan akses jalan yang sudah rapi berupa tangga batu permanen sampai di curug, jaraknya skitar 500 meter. Banyak tersedia warung-warung penjual makanan, souvenir dan toilet di sepanjang tangga. Sayang tidak dijumpai lokasi kemping untuk mendirikan tenda.

akses tangga untuk turun ke curug Cigamea

Akses Jalan ke Curug Cigamea


Dari Stasiun KA Bogor bisa naik angkot 03 ke arah Terminal Cibubulak. Lalu naik angkot 05 ke arah Leuwiliang. Turun di pertigaan Cibatok kemudian disambung lagi angkot 59 sampai ke titik terakhir. Lalu lanjutkan naik ojek ke pintu masuk obyek wisata Curug Cigamea.

Saya berkesempatan di h+2 lebaran Idul Fitri 2105, atau tepatnya tgl. 19 Juli 2015  gowes bareng [gobar] dengan komunitas sepeda Sobat Gowes Bekasi [SGB] dan Pacific Rider Bekasi [PRB]. Saya abadikan rutenya di aplikasi trek record Endomondo, jika Anda membutuhkan bisa didownload di link ini https://www.endomondo.com/routes/564436355?fb_ref=Default. Atau untuk ilustrasi bagaimana kondisi treknya bisa dibaca di link ini .. http://gowesforhealth.blogspot.com/2015/07/gobar-curug-cigamea-full-gowes-180-km.html.

Untuk alternatif pelepas penat, Curug Cigamea cocok dijadikan destinasi. Di samping kemudahan akses dan fasilitas yang lumayan, harga tiketnya juga murah meria. Untuk akses masuk dikenakan biaya 10 ribu per orang + parkir. Pemandangan indah, suasana yang alami dengan suhu yang sejuk di sekitar curug, apalagi kalau mau mencoba berenang di kolam di bawah curugnya, airnya dingin segar. Dijamin betah berlama-lama di sini.

Kawasan curug ini sebenarnya terdiri dari 6 buah curug, Curug Cigamea yang berdampingan dengan Curug Cimudal, ada juga Curug Seribu, dan masih ada 3 lagi yang lainnya. Primadonanya Curug Cigamea karena lokasinya yang paling mudah di akses.
curug cigamea

curug cimudal
Jika masih punya sisa waktu boleh juga mampir di Warung di belokan sebelum Cigamea, view sawah berundak yang bisa dinikmati dari warung pinggir jalan ini enak sambil makan soto babat atau sekedar ngopi.
sawah berundak .. keren ..!


#‎gowes4health‬


Upgrade Dengkul dengan Joging

Dengkul [ frasa  yang mewakili stamina seorang biker, artinya ketahanan nafas, degup jantung, otot paha, sendi dengkul, dan juga otot betis], terutama dengkul Saya kayaknya memang perlu di upgrade. Heehehhe, percuma juga crank di upgrade ke hollowtech kalo ternyata dengkulnya loyo. Memang salah duanya adalah faktor U dan kebiasaan di waktu-waktu lalu yang jarang olahraga menjadi stamina tak setangguh yang lain.


Paling kelihatan di trek tanjakan yang cepet banget kehabisan nafas, seperti tanjakan di akhir-akhir rute Curug Cigamea yang mengharuskan TTB karena stamina kedodoran. Dibandingkan dengan yang umur 2-3 tahun di atas saya, Om Nana masih kuat melewati tanjakan itu. Kuncinya memang kondisi dengkul yang lebih baik.

Dari om Iwan, om Iwan ini yang salah satu jagoan tanjakan di rute Curug Cigamea kemarin saat gobar SGB + PRB, Saya dapat beberapa tips untuk melibas tanjakan :
  • saat melibas tanjakan terjal harus mengatur nafas dengan baik, ambil nafas sepanjang sekitar 4 kali gowes baru lepas. Hindari nafas yang terlalu cepat yang pada akhirnya akan membuat nafas cepat habis
  • melatih fisik dengan cara joging adalah cara yang cocok dan efektif untuk melatih otot paha, sendi lutut, otot betis, otot bahu, lengan, kekuatan paru-paru dan jantung. 
Saya mencobanya kemarin, ternyata om .. joging itu jauh lebih cepat menguras stamina, bila gowes saya sanggup 30 - 40 km tanpa jeda, ternyata untuk jogging 6 km aja perlu dijeda beberapa kali jalan kaki untuk mengambil nafas, huff ..

Yuk lah ! mulai joging.. jika dalam seminggu 3 kali gowes perlu diganti jadwalnya menjadi 1x joging 2x gowes !




Mencari Jati Diri

Hobi sepeda MTB memang mengasyikan, malah kadang melenakan.. kebablasan. Seakan semua hal tentang sepeda adalah kebutuhan pokok. Destinasi yang makin lama makin jauh atau makin ekstrim seperti mengharuskan untuk upgrade MTBnya. Atau malah jangan-jangan karena urusan melirik sepeda teman sekomunitas yang spek komponen yang tersemat di sepedanya menjadi penyebabnya, gengsi ! Waduh .. Bahaya nih !
bike2graphy

Tapi jangan keburu terus mendeskriditkan sepedanya, semua hobi memang sisi negatifnya seperti itu. Sebelum ke sepeda, Saya "hobi" oprek mobil bekas, Timor. Seakan tidak ada habisnya kalo diikuti maunya si Timor ini biar tampil kinclong dan wah. Kalau sekarang Saya hitung mungkin harga beli itu Timor sama ongkos ndandaninya mahal ongkos dandannya. Tapi memang mengasyikan. Memang itu sebuah fase, sampai menemukan style Kita di dunia sepeda MTB. Menemukan jati diri kita di sepeda akan membuat kita "stop" dan mulai menikmati hobi gowesnya.

STOP

Di Sepeda Gunung ada beberapa genre yang biasanya mewakili karakter atau ketertarikan sekunder seorang rider disamping hobi gowesnya. Kita tak bisa serta merta mendapat jawaban yang logis mengapa si A kok sukanya downhill, si B alirannya turing atau si C yang bike2graphy. Makanya, segeralah temukan genre gowes Anda dan menikmatinya.

Bolehlah sekali-kali lintas genre, untuk memperluas jaringan pertemanan atau agar tidak bosan. Setelah Anda menemukan keasyikan sepeda mulailah berhenti .. STOP upgrade-upgrade sepeda yang kadang sudah tidak ada logika lagi. Kecuali jika memang duit Anda tidak ada serinya.. hehehhe ..! Masuklah ke fase berikutnya bersepeda, Menikmati !

Stop and Enjoy it !

#‎gowes4health‬

Menemukan Ritme Bersepeda

Gowes [baca - bersepeda] itu kan proses transportasi atau berpindah tempat dengan mengandalkan hampir 100% tenaga manusia, kecuali di turunan dibantu oleh gaya gravitasi. Untuk long distance orang-orang tertentu bisa melakukannya, bahkan dengan jarak yang bikin geleng-geleng kepala. Bukan ratusan kilometer lagi, ribuan, dengan waktu tempuh yang bersambung. Bagaimana bisa ya mereka melakukannya ?

Memang, dengan makin majunya teknologi semakin membuat efektif sebuah sepeda, bobot yang ringan, perputaran di part mekanis seperti hub, gear, crank, pedal, ban yang makin kecil gaya geseknya membuat perputaran gerak sepeda makin loncer. Tapi, ada satu jurus yang harus dikuasai untuk gowes jarak jauh.
om Agus saat Gowes mudik tahun ini

RITME

Jurus itu adalah berjudul RITME, ritme adalah bagaimana tenaga yang dikeluarkan seefektif dan seefesien mungkin. Mengatur antara pernafasan, mengatur tenaga, pengaturan gear dan teknik pedaling. Atau bisa juga didefinisikan sebagai mengatur jarak tempuh sejauh mungkin dengan tenaga yang terbuang seefisien mungkin dan waktu yang sekecil mungkin.

Menggeber sepeda dengan kecepatan tinggi tapi justru membuat nafas cepat terengah-engah dan akhirnya lebih cepat beristirahat tentu saja bukan pilihan yang ideal. Juga jika gowes bareng dalam satu rombongan  ritme antar personil tidak kompak juga akan membuang-buang waktu yang hanya dipakai menunggu salah satu personil yang tercecer.

Seperti saat Gobar Curug Cigamea, mungkin memang karena di antara Kami ber-6 belum pernah bareng-bareng gobar, kekompakan dan ritme gowes terjadi justru saat saat-saat terakhir arah jalan pulang. Meskipun dengan sisa tenaga yang jelas tidak sebesar waktu start, Saya lebih enjoy dan waktu tempuh menjadi cepat, dan durasi gowes lebih lama sebelum jeda istirahat.

MOMENTUM

Ketika melewati turunan yang kemudian disambut dengan tanjakan, Kita bisa memanfaatkan momentum meluncur turun dengan secepat mungkin untuk membantu mendorong sejauh mungkin saat sudah mencapai tanjakan. Tentu saja tetap harus memperhatikan kondisi turunan itu, kalau ternyata di turunan jalanan rusak berlubang Kita sudah kehilangan momentum itu, atau kalau di underpas pas macet ya percuma. Biasanya uraian di atas banyak di jumpai di medan underpas

Kesimpulan

Setiap orang mempunyai gaya bersepeda [baca - gowes] masing-masing, yang terbaik adalah mengenali ritme bersepeda masing-masing. Apalagi untuk gowes jarak jauh, ritme menjadi kunci penting agar tidak menyerah di tengah jalan. Ritme juga penting untuk gowes barengan, tidak saling salip dan kebut-kebutan, tapi menjaga rombongan tetap dalam satu iringan dan tanpa jarak antar personil yang terlalu jauh. 

Kalo saya lebih enjoy menjaga ritme di 6-2 atau untuk tanjakan landai 4-2. Bagaimana dengan Anda ?




Hasil Test Perangkat DiY

Di si Police 911 - Orlando menempel berbagai perangkat bantu yang untuk beberapa fungsi. Kali ini yang akan direview adalah perangkat subtitusi, maksudnya perangkat yang dibuat sendiri tapi berfungsi seperti perangkat buatan pabrikan. 

Dan sekali ini mendapat kesempatan bagus untuk test perangkat DiY ini, di Gobar ke Curug Cigamea momennya pas untuk test, jarak perjalanan yang panjang cukup untuk mereview bagaimana perangkat ini bekerja, test ketahanan, test fungsi. Untuk mencari kelemahan-kelemahan masing-masing perangkat. Ada yang berfungsi sesuai ekspetasi sebagian kurang memuaskan.

1. ChainGuide

Perangkat ini berfungsi untuk mengatur ketegangan rantai agar saat melewati jalanan rusak, rantai tidak terlalu hebat berguncangannya, untuk mengurangi efek benturan ke chainstay. Harga asli pabrikannya lumayan tinggi di atas 200 ribu, tapi dengan dibuat sendiri hanya mengeluarkan biaya beberapa puluh ribu. Cara membuatnya bisa klik di sini.

Saat Gobar ke curug Cigamea tanggal 19 Juli kemarin, perangkat ini menempel di Police Orlando yang menempuh jarak kisaran 180 km dan hasilnya, :
  • Secara fungsi bekerja maksimal, rantai menjadi tenang. 
  • Operan gear juga tidak ada masalah, lancar
  • Hanya saja bagian karet yg terbuat dari grip bekas terkikis oleh gesekan rantai 

    karet chainguidenya habis sobek terkikis rantai
Nampaknya Chainguide DiY ini perlu penyempurnaan di bagian bahan karetnya. Diganti dengan bahan plastik atau karet yang lebih kuat. Ada usulan juga untuk memakai pulley, tapi perlu diuji coba karena ada kemungkinan rantai slip di pulley.

2. Holder Action Camera 

Perangkat ini berfungsi untuk seru-seruan mengambil video perjalanan gowes. Memanfaatkan holder lazypod dan kameranya memakai HP, Link membuatnya ada di sini.


Dan ini hasil testnya :

  • fungai perangkat ini adalah sebenarnya untuk menempatkan Hp yang dimanfaatkan kameranya untuk shooting perjalanan, fungsinya action camera seperti GoPro. 
  • Hasil video tergantung kualitas kamera Hp.
  • Perlu penyempurnaan di bagian holder universal yang memegang tangkai holder, masih sering tergelincir sehingga posisi hp menjadi miring.
  • Dibuat grip di sisi tangkai agar tidak mudah tergelincir
  • atau dibuat seperti senter police yang ada bagian kotak ditangaki yang ditempel pada holder universal.

Oke.. maping masalah perangkat DiY sudah, sudah didapat apa dan bagaimana yang harus diperbaiki. Tinggal mencari waktu luang untuk eksekusi.

Gobar Curug Cigamea Full Gowes 180 Km PP : Rasanya Setengah Mati

Gobar Cigamea kali ini adalah ajang pembuktian beberapa hal dan test beberapa alat, test teknis beberapa part yang terpasang di sepeda yang dibuat sendiri, teknik gowes jarak jauh, hal tentang mental, test sepeda seken Police Orlando dan pembuktian tentang dengkul. Beberapa bekerja sesuai ekspetasi, beberapa bermasalah.

Mengenai dengkul, deker berfungsi [meskipun deker darurat] gowes panjang kali ini tidak terlalu membuat dengkul kanan saya bermasalah. Chainguide masalah, karet penahan rantainya abis tergesek rantai, Holder camera action masih suka miring kalo terkena guncangan. Mental oke bisa mencapai tempat tujuan meskipun dengan susah payah. Si Police Orlando bermasalah di perpindahan gear yang masih kurang responsif dan sering nyangkut.
trek cigamea
Trek Record Cigamea

Pos-pos Pemberhentian

Minggu 19 Juli 2015, H+2 udah pada gatel kakinya. Setelah sebulan puasa, puasanya juga gowesnya. Dari komunitas SGB dan PRB akhirnya berkumpulah 6 orang yang siap, destinasinya adalah Curug Cigamea di Bogor. Pagi itu jam 6 pagi Kami bertemu di tikum di bawah fly over Cileungsi. Kami berenam ada Om Sandi, Om Dany, Om Iwan, Om Nana, Om Eko, dan Saya.

Sekitar setengah tujuh pagi, Kami berenam memulai perjalanan ini, dari fly over Cileungsi ambil lurus dari arah datang ke arah Citeurep. Lanjut ke Sentul, Setelah menyebrang underpas tol Jagorawi, Kami break di pom bensin,  isi perut dulu. Dari pos pertama lanjut perjalanan, untuk rute sampai di Ciampea asyik-asyik aja, datar-datar saja.

Kami ber-6
Kami ber-6
Berhubung marshal utama batal ikut Om Sandi yang setidaknya pernah ke Curug Cigamea didaulat menjadi marshal pengganti. Tapi karena kata Om Sandi itu udah 3 tahun lalu, di perjalanan berangkat banyak nanya petunjuk arah ke orang-orang yang Kami temui di sekitar daerah Ciampea. Pos Kedua di daerah Cinangneng, karena tertahan macet parah dan panas terik memaksa kami beristirahat, cari air ! Sambil nanya jalan, dapat petunjuk ambil kiri di Polsek Cibatok.

AAB

Cerita seru gobar ke Cigamea justru dimulai ketika memasuki 10 Km terakhir. Tanjakan panjang yang ga ada abisnya. Bukan harus TTB lagi, tapi AAB [angkat-angkat bike] hehehhe ... ternyata macet total di Area kolam renang karena padatnya turis dadakan dan juga trek belokan plus tanjakan, mobil yang mangap kap mesinnya karena kopling terbakar, Parah ..!

Untuk melewati titik macet parah yang sudah terkunci, Kami mulai aksi AAB. Angkat sepeda di atas kepala orang-orang yang naik motor, Seru. Beberapa kali ban si Police - Orlando mengenai helm atau bahu. Maaf ya om .. hehehe, si Police - Orlando ini lumayan berat ternyata. 
m nana
jagonya tanjakan

om sandi
om sandi
ME
ttb aja dah

Setelah melewati titik macet di sekitar kolam renang, sebenarnya sudah dekat ke Curug Cigamea sekitar 2 km lagi. Tapi, jangan dikira terus cepat sampai, Kami memerlukan beberapa jam untuk 2 km itu. Tanjakannya om .. panjang berkelok dan ga abis-abis,.. extrim banget. Hampir setiap 100 meter harus berhenti, ambil nafas. Air mana air .. hahahahah ! Ga bisa dihitung lagi berapa pos pemberhentian, udahlah ! Aksi TTB pun jadi makin sering dilakukan, 20 meter gowes 80 meter TTB, lalu istirahat. Rasanya setengah mati !!!



cigame touchdown
Akhirnya, Gerbang Curug Cigamea  touchdown ! yeah sampai Sekitar jam 3 sore ! Dari Kami ber-6, Yang turun ke Curug hanya kami berempat yang ada di foto-foto di bawah ini, sisanaya jagain sepeda.
curug cigamea

curug cigamea

curug cigamea

curug cigamea

Perjalanan Pulang

Setelah puas menikmati Curug Cigamea, jam 6 sore, kami memutuskan pulang. Dengan pertimbangan masih agak terang, dan kemungkinan titik kemacetan yang kami temui waktu berangkat sudah terurai. Serem juga melibas tanjakan kalo malam, tanpa lampu penerangan jalan pasti gelap dan beresiko nyemplung ke jurang.

Perjalan dari Curug Cigamea ke pertigaan polsek Cibatok didominasi turunan, dilibas hanya dalam waktu sekitar 45 menit, padahal naiknya itu sekitar 3 jam. Di sini sebenarnya kami sempat berfikir mencari truk untuk loading ke Bekasi. Om Eko beberapa kali memberhentikan truk tapi ga ada yang mau. Karena sudah semakin malam, Maka dilanjutkan gowes.




Akhirnya memang full gowes sampai rumah hanya saja, Kami mengambil jalur pulang berbeda dengan jalur kami berangkat tadi. Setelah pom bensin sentul yang kami pakai sebagai pos pemberhentian pertama waktu berangkat, belok kiri sebelum underpas tol Sentul. Mengambil jalan alternatif ke Citeurep. Om Dany yang menjadi marshal kali ini.

Di pertigaan Wanaherang rombongan kami ber-6 berpisah jalan. 3 orang lurus mengambil jalan ke arah Jatiasih dan Om Danny, om Iwan, dan saya belok kanan ambil jalur Cileungsi. Saya sampai rumah jam 01.45 malam, setelah sempat makan mie rebus di sebuah pencucian mobil yang masih buka malam itu.

Huf, cape.. Rasanya setengah mati !





Hosting Unlimited Indonesia