Hosting Unlimited Indonesia

Proses Rebuild Federal : Tahap 1 - Repaint

Kayaknya memang kecenderungan ya, suka barang-barang tua. Awalnya mobil, eh sekarang sepeda. Sama sekali ga diniati. Lagi gemar sepeda, juga akhirnya jatuh hati sama sepeda tua. Namanya barang tua sudah pasti kondisinya sudah memprihatinkan, terutama cat. Jadi keidean bikin tulisan mengenai proses rebuild sebuah sepeda tua. Salah satu proses itu adalah repaint.

Ketika dapat frame federal dengan kondisi cat penuh koreng... hehehehe.. maksudnya catnya sudah terkelupas disana-sini, .. sudah repaint tapi pilok akhirnya, diputuskan untuk cat ulang. Dalam proses cat ulang, bagian paling njlimetnya adalah membuang cat lama.


Cara paling mudah "kerok" cat lama adalah dengan paint remover. Cairan sejenis air keras yang bereaksi dengan cat. Paint remover bisa didapatkan ditoko material dengan kisaran harga 25 rban.

Cara pakainya cukup disapukan dengan kuas, tunggu beberapa menit sampai cat menggelembung. Selanjutnya kerok dengan kape. Untuk bagiab-bagian yang agak sulit seperti disambungan las, proses pengerokan bisa dibantu dengan sikat kawat. Proses ini memerlukan pengulangan beberapa kali sampai sisa-sisa cat terutama detail yang terselip kecil disela-sela las bersih sempurna.



Harap siapkan seember air bersih untuk membasuh bagian tubuh yang kena cipratan. Cipratannya jika mengenai kulit akan terasa terbakar, basuh dengan air akan meredakan. Atau lebih safety menggunakan sarung tangan dan pelindung kulit lainnya.

Proses ini memang paling " njlimet" dan membutuhkan kesabaran. Untuk mendapatkan frame yang bersih sempurna dari cat.


Untuk frame Federal Street cat seri awal ini, konsep Saya sengaja dibuat agar kuat kesan jadulnya. Jadi, Saya memerlukan frame yang bersih sempurna, karena warna yang ditonjolkan adalah warna besi (silverstone). Tampilannya sepintas mirip titanium.. haghaghag !

Setelah itu, dilanjutkan digosok menggunakan batu ijo dan amplas 1200 agar karat, dan belang sisa residu hilang... kinclong ! Gosok terus !!! Cuci bersih dengan sabun colek dan keringkan.

Sebelum difinishing, saya ingin menambahkan anting rd (rearend), menambah bidon menjadi triple bidon, dan menambahkan eyelet untuk rack. Untuk rearend prosesnya harus dilas.

Proses terakhir adalah melapisi dengan cat clear. Untuk melindungi bahan frame hi-ten dari karat.

Frame siap.. siap untuk dirakit !

Trilogi B2B : Jilid I - Bekasi To Bandung

Bekasi ke Bandung praktis tanpa persiapan. Boleh dibilang mendadak, ketika Om Prast main ke rumah spontan deal gowes ke Bandung. Cari beberapa teman agar tambah seru, bergabung Om Wowor, Om Cucun dan secara ajaib Om Doods muncul ditikum. Dan, Jumat malam berangkat dari SPBU Bojong Koneng. 

Sekitar jam 8 malam start, menyusuri jalan utama Bekasi-Karawang dimalam hari. Break pertama ada di Alfamart depan RS Rosella Karawang. Mampir ketempat kerja Om Didie, sekalian minta ditunjukan jalan ke Purwakarta via Kalimalang. Jalanan Kalimalang selepas Galuh Mas ke arah Cicurug Klari parah. Tambah parah jika dibanding saat melintas sebelumnya sekitar 3 bulan kemarin. Jalan berlubang dan debu yang berubah jadi lumpur karena hujan tadi sore.

Pertigaan Cicurug, mulai memasuki wilayah Purwakarta. Ditandai dengan kontur jalan yang mulai menanjak. Melintas Purwakarta Kota setelah jembatan diatas tol, kemudian tanjakan Ciganea. Kami memutuskan menginap di SPBU Sukatani, jam sudah menunjukan pukul 2.30 dini hari.

Kurang nyaman yah tidur di hotel bulan bintang. Terlalu berisik, dan puncaknya ketika sebuah skuter gembel merapat ke SPBU. Suaranya … treng 100 x … bubar dah mood untuk tidur. Alhasil tidur tidak tidur, posisi tidur … mata merem tapi telinga masih merekam suara deru mesin.

Keesokannya, berhubung di SPBU … kami tidak berani menyalakan kompor. Cukup pesan kopi dan teh di kantin SPBU ditemani kue selai pisang, cukuplah buat ganjal perut. Sekitar jam 6 pagi, perjalanan berlanjut. Tanjakan-tanjakan panjang di Darangdang, Gunung Hejo, Sawit .. membuat Kami terpecah 2 rombongan, ada Saya dan om Doods didepan, dan Om Wowor, Om Prast, Om Cucun menyusul kemudian dengan jeda 30 menit.

Sarapan kupat tahu dan segelas teh manis sejam dari SPBU Sukatani, lumayan buat menambah masa dengkul, tanjakan masih bertabur didepan mas bro. Ya iyalah ... Bandung itu dilingkupi Gunung. 

Sudah menapak di Kabupaten Bandung Barat, Cikalong Wetan merupakan perbatasan dengan Purwakarta masuk dalam kecamatan Padalarang. Nanjak-nanjak terus, panjang ga terlalu terjal. Hanya beberapa titik saja yang memaksa speedometer dikisaran 10 kpj. Akhirnya Saya melintas rel kereta Padalarang, break di Pertigaan Padalarang. Makan bakso … perasaan makan terus … haghaghag ! Di Warung Bakso yang ternyata si Om pemiliknya goweser juga, dengan ramah melayani Kami. Orang Asli Garut, tapi.. ga salah pak ? Kok jualan Bakso… haghaghag. Beliau berpesan “Apalagi di kampung arab, susah nyari (awewe) yang jelek. Hadeh.. bikin lupa pulang.

Tengoret di Tengah Kota


Dari Pertigaan pasar Padalarang, ambil serong kiri menuju Cimahi. Sebentar, ini gokilnya para begundal cuter. Sampai di warung bakso tadi, Kami belum tahu di Bandungnya mau kemana. Dan baru ditentuin saat diskusi sambil makan baso, Kita ke Rumah Singgah Cigadung 108. Let’s go, berarti kita ke Dago Pakar jalan tembusnya via Jalan Gunung Batu.

Yang unik dan barus sekali ini Saya jumpai adalah suara tonggeret dipohon-pohon hampir disemua jalur jalan dikota Bandung. Tret-tret-tret ditengah hiruk pikuk, macetnyaJl. Gunung Batu. Mungkin puluhan tengoret yang berisik bersamaan dengan interval tertentu. Sebentar diam, terus bunyi lagi. Dan fenomena itu terjadi hampir disemua jalanan di Bandung, Dago, Cimahi, dll.

Padahal biasanya tonggeret adanya di leuweung (hutan). Atau mungkin itu hanya propadanda dari pemda dengan memasang sejenis mp3 player bertenaga surya dan diprogram untuk bersuara diwaktu-waktu tertentu,tapi … apa iya iseng amat dan tujuannya buat apa? Hehehehehehe… !

Tujuan pertama sesuai kesepakatan di warung bakso di Pertigaan Pasar Padalarang tadi adalah Rumah Singgah Sepeda Cigadung 108, yang terletak di Jl. Cigadung no. 108. Yang menurut hasil investigasi (nanya, maksudnya) rutenya lewat Dago, di pertigaan Dago Pakar naik kekanan sekitar 600 meter. 

Eh, ditanjakan setelah Brownies Amanda disalip sama kuda, kan jadi panas dengkul .. masa kalah sama kuda .. salip lagi aghhh! Maka terjadilah balapan antara Saya yang gowes dan kuda yang ditunggangi si om jokinya. Bohong .. kejadian sebenarnya adalah Saya ajak ngobrol ngalor ngidul dengan si om joki, tanya pin BB, nomer sepatu … halah ! Bohong lagi. Basa-basi tanya arah Dago Pakar, padahal sudah tahu orang marka jalannya jelas, hehehehe.. Sampai dipertigaan Terminal Dago si om joki lurus Saya masih nanjak ke kanan.

Waduh, ternyata Saya sendirian .. berarti memang balapan sama kuda tadi ya.. Saya break minum segelas susu coklat di warung tenda dilatar Alfamart simpang Dago. Ke Cigadung 108 tinggal 600 meter. Rombongan yang berempat tertinggal, ditungguin setengah jam ga muncul juga. Wah curiga balik kanan ini, dan benar saja. Rombongan utama balik kanan ke Gedung Sate, kupret …!

Ya sudah … balik kanan juga, padahal rumah singgah sudah didepan mata,  Saya pun melesat wuss… ! (orang tinggal turunan) selap-selip diantara mobil dan motor .. macet om !!! Saya memutuskan untuk destinasi selanjutnya yaitu Alun-alun Bandung yang terletak di depan Masjid Agung Bandung, Jl. Asia-Afrika .. cusss! Kirim pesan ke rombongan utama .. ditunggu di Alun-alun Bandung di huruf A-nya.


Sekitar jam 14.30an, regrouping di Alun-alun Bandung di huruf Anya. Giliran mandi secara terakhir ketemu air kemarin sore dirumah. Ditambah berjam-jam gowes nanjak yang pasti bercururan keringat, bau asem … pastilah … haghaghag! Antri sebagian jaga sepeda dan nyeduh kopi. 



Destinasi Di Bandung


Bandung dikenal dari zaman dulu sebagai Kota Kembang, dijuluki juga sebagai Paris Van Java. Bukan tanpa sebab, cuaca yang sejuk karena diapit gunung-gunung disemua penjuru mata angina. Tapi itu dulu, sekarang mah panas keneh … macet pula … hehehehe ! Mungkin juga karena Bandung memang modis, tata kotanya bagus untuk ukuran kota di Indonesia.

Jalan Braga


Jalan yang berpotongan dengan Jalan Asia Afrika ini konon adalah jalan beraspal pertama di Bandung. Panjangnya hanya beberapa ratus meter, terbuat dari semacam batu alam yang disusun, unik. Dikanan-kirinya dipenuhi dengan bangunan-bangunan tua yang masih berfungsi dengan baik.

Hanya sayang, karena letaknya dipusat kota dan lebarnya tidak seberapa membuat Jalan Braga menjadi salah satu simpul kemacetan utama di Kota Bandung, apalagi jika musim liburan tiba. Paling enak menikmati jalan ini dengan gowes atau jalan kaki, sambil menenteng kamera, sudut-sudutnya cocok diabadikan dari sisi kamera.

Gedung Merdeka


Peristiwa yang terjadi ditempat ini tercatat dalam sejarah dunia adalah Konfrensi Asia-Afrika yang diadakan tahun 1955, di Bandung. Yang merupakan cikal bakal berdirinya organisasi Non Blok, yang merupakan gabungan negara-negara Asia dan Afrika yang netral. Memang pada masa itu muncul kekhawatiran pecah perang dunia ke-3, antara blok barat (Nato) dan blok timur.

Saksi sejarah itu masih bisa dikunjungi disekitaran Jalan Asia Afrika. Gedung Merdeka merupakan tempat dilangsungkannya Konfrensi Asia Afrika, yang sekarang dibuatkan Museum Asia Afrika yang masih satu komplek dengan Gedung Merdeka. 

Ada juga Hotel Savoy Hofman, yang konon merupakan tempat menginap kepala Negara dan anggota delegasi negara-negara yang mengikuti Konfrensi Asia Afrika.

Alun-alun Bandung


Pada saat walikota Bandung dijabat  Kang Emil yang merupakan seorang arsitek, Alun-alun Bandung dibenahi. Dibuat dua tingkat, dibawah sebagai parkiran dan food court diatasnya digelar rumput sintetis. 

Saat Saya berkunjung kesini, hamparan rumput sintetis yang letaknya tepat di depan Masjid Agung Bandung dipenuhi orang-orang. Rata-rata keluarga, anak-anak asyik bermain bola dengan teman, ibunya, atau juga ayahnya. Sebagian bermain ayunan dan wahana bermain lain yang letaknya disudut dibelakang tulisan ALUN ALUN BANDUNG.

Dari sudut alun-alun sebelah timur laut yang berbatasan dengan Jalan Asia Afrika, Masjid Agung Bandung tampak megah, diapit menara putih  kembar dikanan dan kiri. Dipadu dengan sebuah halte panjang, yang berlatar tulisan ALUN ALUN BANDUNG. 
Bukan hanya sebagai aktifitas publik Bandung untuk mengakses angkutan umum semacam Bus Trans Jakarta yang disini dioperatori oleh DAMRI, halte ini juga keren, desainnya modis, dan letaknya sangat strategis sehingga berfungsi maksimal. Empat jempol dah, andai di Bekasi seperti ini …

Bertamu ke FBI (Tamu Tak Diundang)


Sebetulnya, rencana Kami malam nanti balik ke Bekasi dengan mode gowed NR (Night Ride) seperti Kami berangkat kemarin. Tapi, setelah semua selesai mandi, eh malah Alun-alun Bandung diguyur hujan deras dan pakai lama, awet kayak bakso yang pakai borax. Dan, ada janji juga ketemu sama teman-teman PRB (Pacific Rider Bekasi) yang sedang main prosotan di Wayang Windu Bike Park, Pengalengan.

Tapi karena cuaca tidak kondusif, Sampai waktu menjelang maghrib masih gerimis… Kami memutuskan rubah ke plan B, menginap malam ini di rumah Pamannya Cucun di Margaasih. Sekitar 9 km dari posisi Kami sekarang, menurut google maps. 

Setelah selesai prepare giwes mode hujan, pasang cover pannier, jas hujan, lanjut ke Margaasih. Ada Springbed yang Kami rindukan untuk mengobati mata yang kurang tidur dan meluruskan pinggang yang berjam-jam sudah serasa lengket dengan sadel.

Terima kasih Omnya Cucun di Desa Sukawangi Margaasih yang sudah menampung Kami malam itu, lengkap dengan nasi goreng, telur mata sapi, tahu-tempe dan segeluntung semangka yang cukup buat makan malam dan sarapan, bahkan semangkanya dibekel buat perjalanan pulang.

Terutama buat springbednya yang sangat berharga, walaupun hanya om Doods yang menang banyak berhasil dengan sukses tidur dispringbed, sedang yang lain karena saking ngantuknya hanya tidur ditikar. Keesokan harinya badan lebih bugar dan siap gowes… asyik !

Pagi ini, disebuah pelataran Bank BJB entah cabang mana, asli seumur saya hidup hampir 40 tahun baru kali ini lewat jalan itu.. yang jelas disekitar Margaasih menuju Cimindi begitu kata marka jalan yang ditemui sepanjang jalan. Kami memutuskan untuk mampir di Bank Danamon jl. Merdeka, yang merupakan basecamp FBI (Federalist Bandung Indonesia). 

Dan, surprise !!! Kami berhasil membuat kejutan buat on Yadi, on Otang, nte Riri, dkk FBI yang terbengong-bengong ketika tiba-tiba Kami berlima nylonong masuk ikut nimbrung. om Yadi, langsung mengenali Saya yang sudah pernah bertemu Cod Federal Wildcat dirumahnya… haghaghag!

Suasana mencair, setelah bersalaman, sesi ngopi-ngopi.. btw .. kopi Banjarnya enak .. mantap ! Dan sesi foto-foto. Dan … ssst !!! Ternyata sedang ada liputan dari Trans7, ada om Ibnu dan host-nya si hitam manis Nte Noni … asyik ! Mudah-mudahan lolos sensor jadi bisa ikut mejeng di tv… qiqiqiqiq !

Ngobrol dengan saudara-saudara sehobi, bersepeda… yang selama ini hanya berinteraksi lewat medsos, melihat-lihat koleksi sepeda Federal kepunyaan member FBI dan beberapa seli .. yang ini Saya belum kesampean memilikinya. Tidak terasa 2 jam, Kami harus pulang ke Bekasi, meskipun sebenarnya masih enggan. Tapi berhubung keterbatasan waktu, om Doods harusnya piket dan Om Wowor udah janji sama anaknya jam 3 sore sampai ke Bekasi, meskipun enggan Kami harus pulang .. ke kehidupan nyata.

Akhirnya Harus Pulang


Dianter om Agus Septian.. dia ini pernah Saya liput di blog Saya .. ini linknya … saat saat gowes mudik bersama bike2kampung tahun kemarin dan baru bertemu face to face hari itu. Kami diantar sampai terminal Leuwi Panjang, pulangnya loading om…. Hehehehehe..

Terima kasih buat Saudara-saudara FBI, maaf kalau kedatangan tim Cuter… kami berlima mendadak.. malu kalau sudah kabari jauh-jauh hari sebelumnya ternyata ga jadi. Dan Maaf kalau ada kata-kata dan perilaku Kami yang kurang berkenan. 

Bandung itu, keren .. suasana kotanya kondusif buat bersepeda. Destinasi indah, yang dalam kota keren apalagi kalau mau keluar sedikit lebih jauh, ada Dago, Tahura, Bukit Bintang, Tebing Keraton, Gunung Puntang, Curug Malela, dll. Cuma .. tantangannya .. nanjaknya itu loh …!

Saran dari Saya, kalau mau gowes ke Bandung hanya punya waktu 2 atau 3 hari lebih baik loading pp, simpan tenaga dan waktu buat eksplorasi destinasi disekitaran Bandung. NANJAK BRO …! Oh.. ya.. biaya loading pp kalau mau bergerah-gerahan dengan mobil ekonomi non ac cuma 100 ribu pp, loh !

Tulisan ini tersedia dalam bentuk e-book yang bisa didownload dilink berikut ini : trilogib2b_jilid1-Bekasi_to_Bandung


Tanjakan Aduhai Curug Hordeng

Kalau dianalogikan, perbedaan sepeda MTB dan Sepeda Turing itu seperti burung elang dan bangau. Elang mewakili MTB yang gesit, sigap bermanuver, lincah dan enteng untuk meluncur turun. Sedang bangau seperti sepeda turing. Bangau sanggup terbang ribuan kilometer saat bermigrasi. Seperti sepeda turing yang memang didisain untuk long distance journey. 

Analogi diatas menjadi gambaran yang pas atas kekonyolan Saya saat  gobar NR Cuter ke Curug Hordeng. Saya salah kostum,.... hadeh. Trek Curug Hordeng pendek (sekitar 40 km) tapi ditaburi turunan curam (saat pulang) dengan jalanan aspal terkelupas brekele. Saya memakai sepeda turing rasa roadbike, alias pakai stang dropbar. Rasanya mau rontok, tangan dan juga sepeda. But, okelah ... buat koreksi di next trip aja. Kita lanjut aja kupas-tuntas event NR Cuter edisi Curug Hordeng. 




Curug Hordeng berada di Dusun Cibeureum, Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Sebenarnya relatif lebih dekat dibanding dengan curug-curug lain yang pernah disambangi Cuter. Tercatat dicyclometer 46 km. Tapi... jangan dibayangin mudah untuk mencapainya, karena dari 46 km itu .. hampir 40% nya tanjakan yang aduhai. 

Seperti biasa, kalau buruan curugnya berada di sekitar Sentul, tikumnya di Alfamidi Cikeas. Hehehehe.. dan mungkin karena info tentang tanjakan-tanjakan yg seperti pohon kelapa sudah bocor, maka yang siap mental dan fisik hanya 8 orang, team inti Cuter ... boleh dibilang begitu. 



Dengan pertimbangan jaraknya dekat, tim Cuter edisi Curug Hordeng cabut dari tikum menjelang jam 1 malam. Melewati rute Pasar Citeureup belok kiri, Desa Tajur, ... aman masih datar-datar saja. Nah ... melewati perbatasan Citeureup - Sukamakmur tepatnya di Desa Pabuaran sudah mulai nanjak-nanjak dan tanjakan lebih parah setelah memasuki Desa Cibadak. Tapi, ini belum seberapa dibanding nanti didepan. Setelah pertigaan kearah Leuwi Hejo tanjakannya sanggup bikin ban depan terangkat. Sebelum subuh, sesuai perkiraan dengan tim inti Cuter ... Kami sudah mencapai check point terakhir di sebuah warung sop yang buka 24 jam 300 meter sebelum pertigaan. Kami break disitu, menunggu terang... sebagian tidur-tiduran sekedar mengusir kantuk... NR ini loh.. begadang ! 

Tapi sial, Kami musti buang waktu hampir 2 jam untuk memperbaiki sepeda om Wewe yang rusak. Kerusakan yang serius, dibagian freehub, ga ada pelornya... parah. Saking parahnya ketika pelornya sudah diganti dibengkel terdekatpun tetap oblak,... conesnya sudah kena. Akhirnya .. menyerah om Wewe balik kanan dikawal om Danang. 



Tersisa 6 orang yang lanjut .. tinggal 6 atau 7 km lagi. Perjuangan mencapai Curug Hordeng mencapai titik klimaks ... seru !!! Sekitar 1 km pertama dari pertigaan Cibadak mulai tanjakan pertama, sebenarnya tanjakannya pendek, terus datar, turun nanjak pendek. Tapi, sudutnya curam, suram dah... apalagi ditambah aspal brekele, rusak menyisakan bongkahan batu ditengah jalan yang bikin kagok. Belum lagi motor yang mengganggu konsentrasi nanjak. 

Di tanjakan pertama, lucu dah.. om Udin cah ilang muter-muter aja dibawah. Terhitung 4 kali percobaan tapi gagal. Akhirnya TTB. Masih ada 4 lagi tanjakan sejenis ini, pendek tapi ngeselin. Tanjakan kedua lulus semua, tanjakan ke-3 ditengah-tengah sawah dengan jalanan cor yang tergerus air. 



Tanjakan ke-4, dinamai Tanjakan Choir. Ini tanjakan tersulit, pendek tapi sudutnya sangat curam. Harus pintar-pintar memilih jalan, menghindari jalan rusak. Dan fasih menjaga posisi agar ban depan tidak naik, serta handling agar tidak roboh. Hanya om Nana yang lulus, itu aja rehat untuk ambil ancang-ancang ditengah jalan.

Sekitar 1/2 sebelas setelah melewati gerbang, ... oya.. info tambahan harga tiket naik menjadi 15rb perorang. Perasaan beberapa bulan kemarin masih jeban. Strategi marketing, ternyata sebelum Curug Hordeng sudah dibuka destinasi baru, Curug Mariuk, tiketnya masih jeban. Buruan dah yang mau kemari sebelum dinaikin lagi harga tiketnya. 

Kami parkir dirumah penduduk .. sekitar 500 meter dari gerbang. Dilanjutkan hiking turun naik bukit... sorry lupa nama perbukitan disekitar sini.. lupa nanya maksudnya. Sekitar 1 jam kemudian Kami sudah mulai melihat anak sungai dilembah. Curug Hordeng dulu, dari hulu dulu. 

Dinamai Curug Hordeng, sepintas memang mirip hordeng yang melebar, tapi tidak tinggi. Tingginya paling 5 meter dengan lebar sekiar 15 meter. Terdapat 2 undakan dengan tiap undakan terdapat kolam dengan kedalaman selitar 2 meter. Airnya jernih tapi tidak terlalu dingin, bisa berlama-lama main air disini.



Aliran air menuju kebawah bersatu dengan aliran Curug Kembar, dengan kata lain ... sumber airnya tidak sama antara Curug Hordeng dan Curug Kembar. Menyatunya kedua  aliran air ini dibawah nanti membentuk Curug Baru, Curug Ciburial.

Disepanjang jalur hiking, Kami disuguhi pemandangan elok ... hutan-hutan yang masih lebat ditebing dan lembah, bukit berlapis-lapis.. ada bukti dibalik bukit. Disapui dengan warna langit yang masih membiru,.. memang indah. Terbit rasa syukur, Saya tinggal di Bekasi yang ternyata dekat dengan wilayah Bogor yang masih banyak hutan.. 

Sentul atau Sukamakmur kota kecamatan dengan seribu curugnya. Sudah hampir setahun tim Cuter mengeksplorasi curug.. mayoritas hanya ngubek-ngubek Sukamakmur dan Sentul, disamping Cariu dan Mekar Buana ... selalu muncul curug baru yang belum pernah Saya dengar sebelumnya.



Jam 1 kurang seperempat, Saya dan tim Cuter sudah landing lagi dirumah penduduk tempat Kami menitipkan Sepeda. Tapi kok ya .. ngantuke pol! .. ngopi dulu akh .. ! Nanti jam 1 teng baru turun gunung .... pulang !!! Sudah kangen je.. sama kasur dan bantal dirumah.

Rute pulang, diputuskan rute Pasar Sukamakmur - Jonggol - Cibucil - Pasar Gandoang - Pasar Kojengkang -  Perumahan MGT - berpisah ke rumah
 masing-masing. Fyi : di Pasar Sukamakmur tepatnya dipojokan pertigaan ada warung sop iga sapi yang maknyus.. seporsi 25 rb.. tp Kali ini Kami kurang beruntung, .. nampaknya ada kesalahan siibu warung sehingga nasi yang disajikan sudah tidak fresh lagi.

Letak Pasar Sukamakmur ternyata hanya 8 km dari posisi start Kami, penitipan sepeda. Tapi, ... rutenya rolling.. seimbang antara turunn dan tanjakan. Tercatat ada 3 tanjakan yang lumayan tinggi sehingga mementum meluncur dari turunan gagal mencapai puncak tanjakan, dan ... harus ngicik ... qiqiqiqi !

Benar-benar habis,.. rasa kantuk dan lelah membuat Kami musti break di pertigaan Pasar Kojengkang sekedar untuk mengisi gula,.. sebagai pemicu tenaga terefisien agar bisa mencapai rumah... jiah.. !!!

Dan .. sekitar maghrib Saya mendarat mulus digarasi rumah. Bener ente bilang om Pras... capenya melebihi kemarin gowes #trilogib2b ... Bekasi - Bandung.


Hosting Unlimited Indonesia