Posted by Hidup Ini Indah on
Wednesday, November 11, 2015
Label:
opini
,
Tips N Trik
Ga seperti goweser funbike yang rata-rata pada doyan selife-narsis, kalo Saya jarang malah ya terlihat di foto-foto baik di FB maupun di blog. ehm ... Kok gitu?
Bisa dipahami, karena foto-foto dilokasi gowesnya keren-keren.. jadi ga kepikir buat selfi-narsis ,... haghaghag !
Berbicara mengenai foto, pasti ada kamera sebagai gear untuk mengabadikan momentnya yang nanti akan menguatkan alur cerita yang Saya tulis di blog.
Alat-alat ini harus ada dan dalam kondisi maksimal setiap event gobar ...
Kamera
Senter
Powerbank
Sebenarnya yang intinya di kamera saku, yang Saya pake sekarang Fujifilm JX-650. Tapi perlu dukungan senter dan powerbank.
Senter dipakai untuk membantu pencahayaan saat mengambil video diperjalanan malam hari, secara teknisnya cuter sekarang NR kalau punya destinasi curug.
Powerbank untuk charge ulang kamera, dalam mode video HD ternyata cukup menguras baterei dan memory card.
Artikel blog ini, akan lebih hidup jika diselipkan foto-foto destinasi yang indah-indah dan lebih kuat visualisasinya didukung oleh video.
Tujuannya, pembaca lama agar lebih betah dan mau kembali lagi mengunjungi blog ini dan menarik pengunjung agat tambah ramai blog ini.
Tidak yakin juga sih kenapa curug yang terletak di kaki Gunung Salak ini diberi nama Curug Nangka, mungkin dulu di sekitar lokasi banyak ditemukan buah nangka ... ngasal ! ngawur ! ngarang ! Haghaghag !
Tapi menurut cerita tukang kopi yang asli Desa Gunung Malang, Kecamatan Ciampe, Bogor .. lokasi dimana Curug Nangka berada, dulu ada pohon nangka disana yang tiap mau dipetik buahnya menghilang. Kan, jadinya mistik .. heran ya .. orang Indonesia doyan banget sama mistik, takhayul model gitu ...
Curug Nangka Terletak di lembah kaki Gunung Salak, untuk menuju area wisata disambut oleh portal tiket ada 2 tempat, portal tiket warga dan Perhutani. Lalu melintas jalan di batasi oleh pohon-pohon pinus yang berjajar, masih dibasahi oleh embun tadi malam.
Kami parkir sepeda di titik terakhir sepeda akan sangat sulit dibawa ke curug, tapi om Dooods dan om Dany memaksakan nenteng sepeda sampai ke curug.
Begitu mendengar suara gemercik air terjun, cuma gemercik ya bukan gemuruh, karena debit airnya masih kecil. Kita datang ke sini diawal musim hujan, tapi dinginnya .. brrr ! serasa pake AC ! Plong rasanya perjuangan gowes 7 jam dari Bekasi akhirnya finish.
Kembali Saya tidak berani mandi, secara gowes kali ini edisi NR, begadang ... orang-orang mah tengah malam tidur, lah ini mah malah gowes .. ckckckck .. memang 7% waras.
Ada yang lucu, salah satu personil cuter bertemu tetangganya, ibu-ibu eh .. sebagian nenek-nenek malah, yang rempong dan berisik banget. Jadi lucu dan menjadi bahan buat guyonan.
Beruntung Saya dan tim Cuter datang dikala masih pagi, sebelum jam 6 sudah nongkrong di curug, jadi masih segelintir orang yang bersama Kita. Masih leluasa foto-foto mengabadikan kenangan bahwa cuter pernah berada disini, 14 orang full gowes, suatu saat bisa menjadi bahan cerita buat anak cucu.
Mulai edisi di Cunang ini juga, Saya mulai memvariasikan dokumentasi, bukan hanya foto dan blog tapi juga video. Pasti lebih seru ya .. yo.. kita saksikan videonya :
Saya rasa dengan hadirnya video lebih memvisualkan gambaran seperti apa lokasi, keindahan tempatnya dari pada foto dan tulisan, seru kan ?
Well... dari 10 curug yang sudah Saya sambangi dengan bersepeda, keindahan Cunang berada di posisi ke-2 setelah Leuwi Li'euk. Keren, .. air terjun di bebatuan vertikal yang jadi air terjun dengan deras dan tidak terpecah. Mungkin kalau debit airnya deras, akan berasa sakit jika kepala kita langsung diguyur air terjun ini.
Saya List nih om-om pemirsa, curug-curug yang sudah Saya sambangi :
Ini yang salah satu sisi yang Saya suka ketika gobar bareng sama om-om master yang udah gowes belasan tahun. Ada saja hal-hal kecil yang sifatnya detail dan sangat berguna.
Seperti ketika gobar NR Cunang, ada satu sesi obrolan dengan om Nana DaBomb (kalo goweser Bekasi, pasti kenal om yang sati ini) mengenai brake lever yang terpasang di sepeda FR om DjaRot AP, yang model 2 jari.
Obrolan berkembang menjadi pembahasan mengenai cara seting brake lever yang benar, safety dan nyaman.
Bagaimana sih setingan posisi brake lever yang memenuhi kriteria di atas, ini dia uraiannya ... :
Jangan terlalu kencang bautnya, brake lever seharusnya masih bisa digerakkan ke atas dan ke bawah. Tujuannya agar saat terjadi crash dan brake lever terbentur tidak patah, hanya berubah posisi.
Pada sepeda standart keluaran toko (toko sepeda harian) biasanya setingan brake lever bersudut 0 ° alias sejajar horison. Setingan seperti ini akan meyebabkan posisi handling tangan ke handle bar menekuk di sendi tangan. Jika dipakai untuk jarak jauh akan menyebabkan kurang nyaman dan mudah kebas. Seting posisi brake lever membentuk sudut menghadap ke bawah, untuk ukuran berapa derajatnya sesuaikan dengan kondisi masing-masing, yang jelas posisi tangan, pergelangan, dan lengan membentuk sudut lurus.
Terlihat sepele ya, tapi ketika gowes menempuh jarak jauh .. setingan ini akan sangat terasa manfaatnya.
Gobar NR Cuter edisi Curug Nangka 130 km plus, pulangnya kehujanan berjam-jam dalam kondisi cape dan habis begadang. Ini namanya test fisik, atau malah beda tipis sama cari penyakit .. ga jelas ! Pantas saja jika cuter diberi julukan 7% waras.
Perjalanan berangkat membelah malam di bogor melewati rute Cikeas - Sentul - Tugu Kujang - Pasar Baru - Kebun Raya - Taman Sari - Curug Nangka. Tiba di lokasi pagi jam 6, tanpa sempat sedetikpun mata terpejam.
Rute ini menempuh jarak kurang lebih 130 km pp, dari rumah sampai ke rumah lagi. Tanjakannya masih relatif ramah, megarank tak dipakai. Mulai selepas Pasar Baru Bogor jalanan mulai tanjakan pelan, tak berasa hanya mulai berkeringat ditengah udara malam bogor yang dingin, eh ternyata nanjak alus. Hag hag hag ..!
Rombongan yang terdiri dari 14 orang ini sempat tercecer di sekitar Jl. Kapen Yusuf, Taman Sari. Terpecah menjadi 2 kloter selepas makan malam di Tugu Kujang. Saya dirombongan depan menunggu yang lain di pangkalan angkot ... sebuah perempatan, kanan ke Curug Luhur & Curug Nangka, lurus ke Sukamantri.
Rupanya yang menjadi rombongan kedua tertecer adalah RD om Pras yang otomatis loncat. Om Pras memakai sepeda rigid National Goegraphic yang baru dipasang RD, mungkin setingannya belom maksimal. Sebagian menunaikan solat subuh di sini, untuk selanjutnya ambil kanan menuju Curug Nangka.
Jam 5.30 kami sudah ditunggu oleh petugas penjaga loket, ada 2 loket .. loket pertama tarifnya 7.500,- dan masuk ke dalam tidak sampai 100 meter loket kedua 10.000,-. Ada tiga tingkat curug dilokasi Cunang, ada Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung. Setelah menyambangi ketiga curug itu, Saya gelar hammock di dekat perkemahan anak-anak SMA, memejamkan mata sejenak .. mengumpulkan tenaga untuk bekal pulang.
Jam 10.30 Kami sudah bersiap pulang, setelah prepare, repacking, dan ke toilet .. go home ..! Perjalanan pulang sangat singkat dan penuh intrik. Saya hanya perlu waktu 1,5 jam untuk mencapai tikum pulang di warung sop di dekat Sirkuit Sentul.
Ini intriknya, rombongan ternyata terpecah 3, Saya, om Nana, dan om Apri di rombongan pertama, rombongan kedua ada om Doods, om dan 2 orang lainnya melewati rute yang sama seperti waktu berangkat. Dan rombongan ketiga adalah rombongan om Kavia dan sisanya melewati rute yang melambung dan rolling.
Entah kenapa rombongan om Kavia memilih rute melewati Cimapar yang rolling dan melambung, Kami menunggu lebih dari 2 jam sampai akhirnya rombongan om Dany, om Rajab dan om Edis sampai di tikum Sentul tanpa om Pras, om Kavia dan om Jarod
Rupanya om Jarod terkena kram, dan loading pakai taksi. Itu info yang Kami dapat dari Om Dany. Akhirnya menjelang jam 3 kami memutuskan lanjut untuk menunggu om Kavia dan om Pras di Alfamidi Cikeas, Tikum pulan kedua.
Selepas Sentul menuju Citeureup hujan turun sangat deras, Saya sempat mampir ke sebuah toko aksesoris sepeda motor untuk mencari jas hujan plastik dan sebuah alfamart, tapi tidak ada. Akhirnya nekat menerobos derasnya hujan, setelah sebelumnya mengamankan HP, kamera dan dompet.
Disini jeleknya ya pemirsa, jangan ditiru, kurang persiapan .. tidak ada jas hujan. Akhirnya Saya kedinginan di tikum Alfamidi Cikeas, hujan bertambah deras. Sebenarnya Kami sudah bersiap berpisah di Cikeas untuk menuju rumah masing-masing, tapi petir yang menggila sahut-menyahut menyurutkan niat Kami. Entarlah, menunggu petir reda..
Sampai kemudian datang om Wewe merapat di Alfamidi, sama dalam kondisi basah kuyup dan membawa kabar kalo om Jarod tidak jadi loading dan masih dalam rombongan bersama om Kavia dan om Pras. Tapi tertinggal jauh.
Setelah petir mereda dan menyisakan hujan yang masih deras, kami melanjutkan perjalanan gowes ke rumah masing-masing. Belakangan, baru setelah sampai rumah Saya dapat kabar kalau ban bocor sampai 3 kali yang membuat rombongan om Kavia tercecer jauh.
Sebuah pelajaran, rombongan Kami yang biasanya kompak kali ini tercerai berai gara-gara hujan, low bat sehingga komunikasi di WA tidak jalan, ban bocor, dan kondisi fisik salah satu peserta yang kram. Memang gobar dalam rombongan yang lebih besar lebih banyak resiko dan lambat.
Sampai rumah menjelang maghrib, sempurna disambut oleh mati lampu... gagal nonton motogp, listrik baru nyala jam 12 malam. Itu juga kata istri, jam segitu Saya sudah deepsleep .. cape pol!!!
Koordinat GPS (Google Maps) Curug Nangka terletak di : -6.668302, 106.726315
Kawung dalam kosakata bahasa di kampung Saya, adalah sebutan untuk daun jagung yang dikeringkan dan dipakai untuk linting rokok. Dulu saat kecil ada rokok jenis ini, rokok kawung. Mungkin sekarang sudah punah.
Tapi, Kawung yang ini adalah nama sebuah curug yang berada di desa Gunung Malang, Kecamatan Ciampea, Bogor. Masih dalam satu DAS (Daerah Aliran Sungai) dengan Curug Nangka. Terletak di kaki Gunung Salak.
sesekali narsis depan kamera dengan atribut cuter dan background curug kawung
Menurut cerita tukang kopi yang Saya ajak ngobrol di lokasi, Curug Kawung pernah makan korban jiwa yang terseret air bah. Katanya sih... mencapai 25 orang korbannya.
Kelihatannya memang rawan, untuk mencapai lokasi mesti melewati jalur sungai dibawahnya. Menjadi sangat berbahaya jika turun hujan deras di hulu, bisa tiba-tiba terjadi air bah. Pengunjung yang berada di aliran airnya terseret, mungkin seperti itu historinya.
foto ini adalah curug daun, 1 undak dibawahnya. Untuk mencapai curug kawung mesti melintasi tempat ini.
Beruntung Saya menyambangi lokasi ini diawal musim hujan, Jadi debit airnya sudah agak deras. Tidak seperti info dari teman yang menampilkan foto dilokasi yang sama dimusim kemarau, airnya kecil banget.
Nuansanya magis banget , didukung cuaca yang mendung dan dibatasi vegetasi hutan di lereng-lereng lembahnya yang terdiri dari pohon dan semak belukar yang masih perawan. Magisnya mungkin disugesti oleh cerita tukang kopi di bawah tadi.
Sedangkan nilai eksotisnya terpancar dari bebatuan hitam mengkilat hampir tak berlumut yang bertebaran disepanjang aliran air. Jika di Leuwi Hejo bebatuannya berwarna coklat pasta, di sini batu-batu berwarna hitam mengkilat karena basah oleh air.
tingginya sekitar 20 meter lebih
Saya perhatikan dari sejumlah curug yang pernah disambangi. curug yang tingginya lebih dari 15 meter mempunyai dinding curug atau tebing batu yang vertikal 90 derajat. Seperti tembok beton atau tebing batu yang dipahat.
Curug Kawung berciri seperti itu, dengan tebing batu yang nyaris vertikal ketinggiannya Kalau taksiran Saya lebih dari 20 meter. Dengan backgroung Gunung Salak yang menyembul di belakangnya jika dilihat dari aliran sungainya membuat kesan magis dan eksotis.
Di beberapa titik aliran sungainya terbentuk kolam-kolam alami dengan kedalaman sekitar 1 meter, pas banget buat berenang. Airnya bening banget bro, segar... tapi dinginnya ... bbbrrrrr.. ga kuat lama sudah menggigil kedinginan.
nyeduh kopi, mengusir dingin dan ganjel mata yg belum tidur lebih dari 24 jam ...
Setelah puas main air, kedinginan, dan foto-foto, turun bergabung bareng om-om Cuter. Cocok nih, buka pannier ... nyalain kompor dan nyeduh kopi. Menghangatkan badan, pas buat ganjel mata yang udah ngantuk berat efek begadang NR, sedap betul !